SEMBAWA – Peran generasi muda sangat sentral dalam pembangunan nasional. Apalagi saat ini Indonesia memasuki rentang waktu dimana jumlah penduduk usia produktif akan berada di titiktertinggi atau bonus demografi. Kondisi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kehadiran DPM/DPA sebagai role model petani/wirausaha muda pertanian diharapkan mampu meresonansi generasi muda lainnya.
Mentan menuturkan, pertanian sangat menjanjikan menghadirkan kehidupan yang lebih baik bagi bangsa dan rakyat.
“Pertanian itu given dari Tuhan yang mengaruniakan alam dan musim yang baik. Saat ini generasi muda telah masuk di era teknologi digital, sehingga perlu beradaptasi dalam memanfaatkan peluang dan memenangkan kompetisi,” katanya.
Menurutnya mereka didorong untuk mengambil peran, khususnya dalam bidang pertanian melalui berbagai kegiatan yang produktif.
“Pertanian saat ini, tidak sama lagi dengan pertanian sebelumnya. Kita masuk pertanian internet of thinking, menggunakan artificial intelegent, satelit sudah main, pertanian itu keren. Mental tak mudah menyerah, mandiri, adaptif serta inovatif serta memiliki kedisiplinan yang tinggi menjadi modal dasar keberhasilan pembangunan pertanian”, ujarnya.
Salah satunya dengan cara mendorong kewirausahaan pemuda. Pemerintah tak tekecuali Kementerian Pertanian (Kementan) terus mencari peluang membangun ekosistem kewirausahaan khususnya bagi generasi muda, guna mengoptimalkan pemanfaatan potensi demografi tersebut.
Upaya membangun ekosistem kewirausahaan bagi pemuda dikembangkan pemerintah secara lintas kementerian dengan mengedepankan kolaborasi bersama banyak pihak.
Ekosistem yang dimaksud tak hanya sebatas pada permodalan namun juga perlunya pengembangan karakter mental wirausaha.
Di sisi lain Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, pada kegiatan Millennial Agriculture Forum (MAF) dengan tema Pembinaan Petani Milenial, yang dilaksanakan secara virtual melalui line zoom meeting, Sabtu (15/1), menyampaikan bahwa saat ini petani Indonesia didominasi usia tua.
Jumlahnya lebih dari 70 persen dari 33 juta orang, dengan tingkat pendidikan petani masih lulusan SD bahkan tidak sekolah itulah kondisi para pelaku usaha petani kita.
”Dengan kondisi demikian tidak mungkin tugas penyiapan pangan bagi 273 juta jiwa penduduk hingga ekspor kita serahkan sepenuhnya kepada mereka. Selain itu permasalahan kita adalah rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 0,3 hektar. Rasanya sudah saatnya generasi muda bersama-sama melanjutkan perjuangan mereka,” papar Dedi.
Lebih lanjut Dedi menegaskan Pemerintah dimulai dari Presiden sudah memperhatikan tentang SDM pertanian.
“Pada periode kedua beliau fokus pada pengembangan SDM, SDM yang memiliki karakter kerja keras, dinamis,produktif, terampil, menguasai teknologi, memiliki talenta itulah target kita. Kondisi pertanian dan petani kita memaksa dan mengharuskan kita, untuk lebih fokus mengembangkan petani muda, karena petani muda yang akan melanjutkan estafate pembangunan pertanian,” tegasnya.
Dedi pun menjelaskan untuk menghadapi minimnya lahan pertanian serta untuk meningkatkan produktifitas, saat ini Kementan sedang membangun smart farming artinya pertanian cerdas dengan memanfaatkan IoT.
Penggunaan teknologi yang tepat guna diyakini dapat meningkatkan produktivitas,efisiensi hingga mengurangi biaya produksi.
“Jika ingin meningkatkan produktivitas gunakanlah smart farming. Ciri smart farming yang pertama adalah memanfaatkan Bio sience, bio teknologi seperti ada biofertilizer, varietas yang tahan hama penyakit, yang kedua pemanfaatan alat-alat mesin pertanian untuk menekan ongkos produksi, yang ketiga Internet of Thing untuk sistem agribisnis modern dari hulu sampai hilir,” ujarnya.
Petani mileniallah yang mampu mengimplementasikan smart farming dengan sebaik-baiknya. Pembangunan pertanian kedepan ada di tangan milenial.
“Melalui forum ini kami terus membakar semangat anak muda untuk terjun di sektor petanian dengan menggunakan smart farming untuk mengejot produktivitas kita,” pesan Kabadan dihadapan lebih dari 700 peserta webinar MAF dengan penuh semangat.
Sementara Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Banten, Rahmat Yuniar, memaparkan di wilayahnya telah diberlakukan pola penumbuhan dan penguatan petani milenial.
Pola tersebut diterapkan dengan meningkatkan kapasitas SDM petani milenial, menumbuhkan kelembagaan petani, membuka lapangan pekerajaan, menekan kemiskinan, dan menumbuhkan wirausaha pertanian.
“Dukungan Pemerintah Provinsi Banten adalah pendampingan kunjungan, koordinasi duta petani milenial, pelatihan petani milenial, pasar tani untuk pemasaran hasil pertanian petani milenial kabupaten Lebak,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama Duta Petani Andalan (DPA) Kementan RI, Buhari Muslim mengkisahkan kesuksesannya dalam penangkaran benih padi dengan memulai tahap penangkaran yaitu menguasai sumber benih minimal, menguasai lahan hingga mendaftarkannya ke UPTDF PSBTPHP Dinas Provinsi Banten melalui petugas PBT.
“Yang tidak kalah penting adalah disiplin melakukan regoung atau seleksi tanaman yang menyimpang dari yang ditangkarkan. Sehingga kunci sukses dalam penangkaran adalah menjalin kerjasama yang baik dengan petugas dan penangkar lain serta melalukan seleksi tanaman yang menyimpang,” kata Buhari.
Tak hanya Buhari, Kementan pun memiliki DPA lainnya yang telah berhasil mengembangkan usahanya yakni Gatot Wahyuni.
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa generasi muda identik dengan pemanfaatan teknolosi, lulusan S1 Teknik Nuklir UGM ini berhasil menggabungkan pembangkitan energi, pengujian bahan, sterilisasi dan mutasi genetik dalam pertanian.