Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mendatangi Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kanpus Kementan) yang berlokasi di Ragunan, Jakarta Selatan, Jumat (18/3).
Pada kesempatan tersebut, Menko Marves Luhut didampingi Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menyempatkan diri untuk menyapa petani dan penyuluh dari ruang Agricultural War Room (AWR).
Ribka Buru salah satu Penyuluh Pertanian dari Kabupaten Sumba Tengah (Sumba) menjelaskan, kalau kondisi pertanaman di Sumba Tengah saat ini sudah siap panen dalam bulan April. Khusus untuk wilayah binaannya varietas yang akan dipanen adalah Inpari 32 dengan luas hamparan 30 hektare.
Ia juga mengatakan, terjadi peningkatan produktivitas padi setelah adanya program food estate. “Produktivitas untuk tahun kemarin kita peroleh 4,5-5 ton per hektare. Sebelum food estate hanya kisaran 2,5-3 ton per hektare,” jelasnya.
Mendengar pemaparan Ribka langsung di lokasi food estare di Sumba, Menko Marves Luhut mengapresiasi Kementan di bawah komando Mentan Syahrul karena berhasil meningkatkan produksi padi nasional.
“Saya liat sekarang produksi padi naik 5-6 ton per hektare, yang tadinya cuman 3-4 ton. Itu sebabnya kita dari laporan data Badan Pusat Statistik (BPS) masalah beras ndak kurang,” ujar Menko Marves Luhut.
Menko Marves Luhut juga mengatakan, pemerintah akan menyediakan bibit unggul agar pendapatan petani meningkat, sehingga tingkat kemiskinan turun dan petani tambah sejahtera.
“Itu pesan Presiden Joko Widodo kepada saya pokoknya pertanian ini harus didorong makanya saya datang ke tempatnya Pak Mentan. Pak Syahrul saya kira habis-habisan membantu membuat program untuk mensejahterakan petani,” ujarnya.
Sementara itu, Mentan Syahrul menambahkan, produksi padi memang menjadi program prioritas selama dua tahun ini. Terbukti, meski Indonesia menerjang badai pandemi yang sangat dahsyat, sektor pertanian tetap tumbuh dengan baik.
“Dalam 2 tahun ini kami konsentrasikan kerja kami pada ketahanan pangan, khususnya padi. Dua tahun ini yang lain turun dan hanya pertanian yang tumbuh bapak. Ekapor kita naik terus bapak bahkan sampai Rp 625,04 triliun atau naik 38,68 persen. NTP kita selama 2 tahun ini juga tumbuh bahkan tembus 108,83. Ini hanya terjadi jaman orde baru, Pak. Itulah kerja kita semua pakai data,” kata Syahrul.
Sebelum menyapa petani dan penyuluh, Kepada Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan AWR ini.
“Secara harfiah AWR adalah ruangan peperangan pertanian, tapi maksud peperangan di sini adalah untuk membangun pertanian nasional,” kata Dedi kepada Menko Marves Luhut.
Dedi mengatakan, AWR yang berpusat di Jakarta ini terhubung Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani) yang saat ini sudah tercatat 5.996 di setiap kecamatan.
Kemudian, Dedi menjelaskan, AWR mempunyai lima peran penting. Pertama, sebagai pusat data dan informasi terkait luasan tanam komoditas pertanian dari level nasional hingga level yang paling rehdah yaitu desa.
AWR ini juga sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian. “Gerakan pembangunan pertanian ini ada di kecamatan. Bapak Menteri sering menyebutnya sebagai Kostratani,” ujarnya.
Peran AWR ketiga sebagia pusat pembelajaran. Lewat AWR ini Kementan melakukan pelatihan dan pendidikan penyuluhan secara virtual. “Akhir bulan lalu kami latih 1,6 juta petani dan penyuluh dari sini,” jelasnya.
Keempat, peran AWR ini sebagai pusat konsultasi agribisnis pertanian terkait bagaimana menghubungakn petani dengan offtaker, dengan integrator, dan dengan bank untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakayat (KUR).
“Terakhir, ARW ini perannnya untuk membangun jejaring kerja sama dengan stakeholder yang lain, mulai dari penyedia sarana prasarana, pupuk, benih, alsintan hingga eksportir,” kata Dedi.
Sebelum meninggalkan ruang AWR, Mentan Syahrul memberikan cinderamata dan berfoto bersama Menko Marves Luhut.