Banyuasin – Pengembangan serai wangi di Indonesia hampir terdapat diseluruh Provinsi, mengingat serai wangi merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dan tidak menuntut perlakuan khusus, sehingga bagi pekebun sangat mudah membudidayakannya. Komoditas serai wangi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cukup digemari saat ini. Minyak serai wangi Indonesia dikenal dengan nama Java Citronella Oil. Adapun sentra pengembangan serai wangi terdapat di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Aceh, Jambi, Sumatera Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kep. Bangka Belitung, Bali, NTB dan NTT.
“Manfaat minyak serai wangi sangat beragam antara lain sebagai bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati. “Saat ini Indonesia merupakan pemasok minyak serai wangi kedua setelah RRC. Konsumsi minyak serai wangi dunia mencapai 2.000-2.500 ton per tahun sedangkan RRC memasok 600-800 ton pertahun sehingga masih terbuka peluang untuk Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia tersebut,” kata Dr. Idha Widi Aranti, SP., MP Kepala Pusat Pendidikan Pertanian dalam acara peresmian dan penandatanganan MOU dengan BUMD Sumartera Selatan Bersama Gubernur dan Bupati Sumatera Selatan. (24/2/2021)
Siswa siswi SMK PP Negeri Sembawa Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan memamerkan hasil produksi minyak, pembersih ruangan serta lilin aromatherapy yang berbahan dasar daun serai (Cymbopogon nardus). Para siswa ini dibina oleh guru-guru agar mampu menghasilkan produk jadi, baik minyak serai wangi ataupun olahan lainnya. Kegiatan ini merupakan symbiosis antara program studi Agribisnis Tanaman Perkebunan yang berupaya menumbuhkan merawat, hingga memanen tanaman serai wangi, kemudian program studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian berupaya mengolah serai wangi menjadi minyak serai, yang kemudian limbahnya diolah juga menjadi sabun, lilin aromateraphy serta pembersih lantai.
“Kami memiliki alat penyulingan serai wangi dengan kapasitas 500 Kg daun serai wangi yang diolah dengan diuapkan, akan menghasilkan 2,5 Liter minyak. Sedangkan limbah (air) yang dihasilkan sekitar 200 liter per 20 hari. Limbah cairnya bisa dimanfaatkan untuk campuran pembersih lantai serta pupuk cair. Sedangkan limbah yang padat bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak (sapi atau kambing). “Umumnya limbah pada ini dioplos dengan ampas tahun.” Ujar Erni Prabawati, S.Pi., M.P. Guru pembimbing Program Studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.
Siswa sangat bersemangat dalam melakukan pengolahan limbah minyak serai wangi apalagi sudah ada dua anggota DPR RI yang melakukan peninjauan dan mengatakan bahwa ini sangat berpotensi. “Kami sangat bersemangat sekali mengolah limbah dari minyak serai wangi ini walaupun mungkin saat ini kami masih kesulitan dalam proses penjualannya, namun kami optimis dikarenakan kami sudah mendapat motivasi dari bu Riezky Aprilia serta bu Renny Astuti anggota Komisi IV DPR RI yang sangat memotivasi kami”. Ujar Mutiara Salah Satu Siswi Program Studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian.
Untuk mendukung pengembangan komoditas serai wangi khususnya dalam menghadapi fluktuatif harga, diperlukan komitmen dan sinergi yang baik antara pihak industri dan pekebun atau kelompok tani. Karena tak dapat dipungkiri industri membutuhkan produsen bahan baku, untuk itu perlunya membangun sebuah kemitraan antara petani dengan industri, sehingga disaat harga naik dinikmati bersama begitu juga sebaliknya industri juga berbagi resiko bersama petani disaat harga komoditas turun.
“Kami telah melakukan perjanjian kerja sama atau MoU dengan 2 Perusahaan yang membidangi dibidang serai wangi ini, salah satunya PT. Pemalang Agro Wangi dan PT. Sriwijaya Agro Industri. Kami berharap nantinya SMK PP Negeri Sembawa bisa menjadi motor penggerak petani serai wangi di desa Sembawa serta Kabupaten Banyuasin agar ada petani komoditas lain selain petani karet dan kelapa sawit” lanjut Ir. Matobi’i, kepala SMK PP Negeri Sembawa.