BANYUASIN – El Nino salah satu fenomena cuaca yang dapat mempengaruhi curah hujan pada suatu wilayah. Dilansir dari laman resmi BMKG, El Nino adalah suatu fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan SML tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia.
Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. El Nino dapat berdampak terhadap cuaca di Indonesia, di mana fenomena tersebut dapat mengurangi curah hujan yang terjadi.
Selain itu, kondisi tersebut juga bisa memicu kondisi kekeringan di wilayah Indonesia yang tentu akan mengkhawatirkan.dapat memicu kekeringan dan kemarau panjang di beberapa wilayah di Indonesia.
Menghadapi hal tersebut Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong dan membantu petani dalam meningkatkan produktivitas sektor pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan serta mengantisipasi dampak El Nino dan sebagai persiapan dari semua daerah di Indonesia untuk menghadapi El Nino.
Sebagaimana arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang meminta kepada seluruh jajarannya untuk segera melakukan langkah strategis dan antisipasi dalam menghadapi El Nino di tahun 2023.
Syahrul, memastikan bahwa jajaran kementan telah siap siaga di lapangan untuk melakukan langkah-langkah preventif dalam menghadapi ancaman global El Nino.
Ia juga mengharapkan persiapan pemerintah daerah untuk ikut serta membantu para petani yang kesulitan dalam menghadapi iklim ekstrim ini.
“Semua pihak harus bergerak melakukan kolaborasi, adaptasi, dan antisipasi terhadap berbagai tantangan yang ada. Termasuk dalam menghadapi cuaca ekstrim El Nino yang diperkirakan berlangsung hingga awal tahun 2024,” sebut Menteri Syahrul.
Menyadari pentingnya pengetahuan akan hal tersebut, SMK PP Negeri Sembawa menggelar Millenial Agriculture Forum (MAF) volume 4 edisi 40 dengan mengangkat tema “Strategi Adaptasi Pertanian Organik dalam Menghadapi Perubahan Iklim akibat El Nino” yang berlangsung secara daring melalui Aplikasi Zoom dan Live Streaming Youtube, pada Sabtu (9/9/2023).
Hadir membuka webinar, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi yang menyampaikan, sebagian besar pertanian kita masih mengandalkan air hujan. Air irigasi pun bersumber dari air hujan, saat ini kita sedang memasuki masa El Nino, sehingga kita perlu mencari alternatif-alternatif lain seperti air tanah, air sungai, dan lainnya.
“Daerah-daerah rizosfer harus dijaga dengan memanfatakan pertanian organik seperti pupuk kompos untuk mempertahakan kelembapan tanah” jelas, Dedi.
El nino diperkiran akan berlangsung sampai awal tahun 2024
“Sebagai insan pertanian, petani dan penyuluh wajib tahu dan paham apa yang harus dilakukan. Sekarang bukan hanya antisipasi tetapi juga adaptasi dan mitigasi, agar produktivitas pertanian bisa dipertahankan,” tambah Dedi.
Pada kesempatan itu Dedi mengajak petani untuk menggadapi El nino dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan rizofer melalui pemertahanan kelembapan tanah dengan pertanian organik.
MAF edisi kali ini mengundang tiga narasumber diantaranya; Adi Candra Saputra (Young Ambassador Agriculture 2023), A.A Gede Agung Wedhatama P (Founder Pertanian Muda Keren), dan Winesty Dewi Nur Putri (PMG Madya BMKG Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumsel).
Kepala SMK PP Negeri Sembawa Yudi Astoni turut hadir dan mengajak seluruh peserta mensukseskan webinar tentang Strategi Adaptasi Pertanian Organik dalam menghadapi Perubahan Iklim akibat El Nino.
Melalui kegiatan MAF ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus bertukar pikiran bagi kaum milenial tentang strategi adaptasi pertanian organik terhadap perubahan iklim akibat El Nino.
Adi Candra, menyampaikan tentang Si Manis dari Sayur dan Buah di Masa El Nino. “Melalui tanaman hidroponik, dengan keunggulan bebas pestisida serta lebih higienis, tidak ada gulma dan tumbuhan, meningkatkan frekuensi pertanaman, dan sebagai sarana hiburan. Cara penamaman ini sangat layak dilakukan dalam masa El Nino ini” papar, Adi Chandra.
Dampak dari perubahan iklim yang disebabkan El Nino, kita harus segera beradaptasi serta mempersiapkan mitigasi. Salah satu sinergi dari dua aspek tersebut yaitu optimalisasi lahan pekarangan, kalender tanam terpadu untuk tanaman pangan, varietas unggul adaptif atau lahan, inovasi pengelolahan lahan dan air, dan optimalisasi karbon, biomasa, dan limbah organik. tambah, Adi.
Melanjutkan paparan dari Adi Chandra, Agung Wedhatama membahas hal yang selaras yaitu Smart Farming dan Pertanian Organik sebagai Solusi Perubahan Iklim.
“Jika air dapat kita jaga maka semua akan baik-baik saja, jaga lingkungan dan jaga hutan”. ujar, Agung.
Salah satu adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang dilakukan melalui kegiatan Smart Farming meliputi; Pelatihan Pertanian untuk Adik-adik Petani Milenial, Digitalisasi, dan Mikiko Smart Farming yang terkabung dalam Smart Farming Fundamental yang meliputi smart culture, smart farmers, dan smart technology, sambungnya.
Di akhir paparannya Agung mengatakan petani harus melalukan inovasi melalui smart farming.
“Menjadi petani harus 5K yaitu komitmen, komunitas, kolaborasi, kontribusi, dan keren.” ujar, Agung.
Sejalan dengan Adi dan Agung, pemaparan selanjutnya oleh Winesty selaku PMG Madya Stasiun Klimatologi Kelas 1 Sumsel menjelaskan mengenai Strategi Menghadapi El Nino dan Dampaknya Terhadap Pertanian. “Pertanian dan perubahan iklim tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Hal-hal yang dapat kita kendalikan seperti bibit, lahan, dan irigasi harus segara diupayakan dan dikelola dengan meyesuaikan kondisi alam yang tak terhindarkan. Dua hal ini membutuhkan adaptasi yang meliputi pemahaman, literasi, dan keaksarahan”. Ujar, Winesty.
BMKG, melalui Sekolah Lapang Iklim memprogramkan Climate Smart Agriculture (CSA) yang melakukan pendekatan untuk membantu serta memandu tindakan yang diperlukan dalam mengubah dan mengarahkan kembali, sistem pertanian secara efektif untuk mendukung pembangunan dan memastikan ketahanan pangan dalam iklim yang berubah. tambah, Winesty.
Terakhir, pernyataan penutup dari Kepala Pusat Pendidikan Pertanian, Idha Widi Arsanti yang mengajak semua petani untuk siap menghadapi perubahan iklim yang ekstrem yang tidak memungkinkan jika dihadapi dengan konvensional dan harus didukung pengunaan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan jangan takut investasi untuk hal-hal ketabaharuan bidang pertanian.